Hari
Raya Saraswati adalah hari raya untuk memuja Sang Hyang Widhi dalam kekuatannya
menciptakan ilmu pengetahuan dan ilmu kesucian. Hari raya ini diperingati
setiap enam bulan sekali yaitu pada hari Sabtu Umanis Wuku Watugunung.Tentang
penggambaran sosok Dewi Saraswati sebagai seorang wanita cantik tidak terlepas
dari theologi Weda yang salah satu diantaranya menggambarkan Tuhan beserta
manifestasi-Nya sebagai “Personal Good” (Tuhan Berpribadi). Seperti Dewa Siwa
dengan bermata tiga, Brahma dengan kepala empat, juga termasuk Dewi Saraswati
dengan wajah cantiknya yang bertangan empat.
Di
Bali perayaan Saraswati sering disebut piodalan buku, lontar dan sastra agama
yarig dianggap sebagai sumber ilmu pengetahuan. Ada juga menyebutkan sebagai
hari untuk melakukan puja saraswati. Kemudian keesokan harinya pada Redite
(Minggu) paing Sinta dilanjutkan dengan Banyupinaruh. Inilah saat secara
bersama-sama masyarakat Hindu di Bali menyucikan diri dan rohaninya ke laut,
danau, sungai dan sumber-sumber air.
Hari
Saraswati mendapat perhatian istimewa bagi umat Hindu di Bali, apalagi di kalangan
anak-anak muda. Umat merayakanya dengan mempersembahkan banten atau sesajen
kepada Hyang Widi dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Aji saraswati.
Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan persembahyangan di pura, pemerajan dan
tempat-tempat suci lainnya. Kalau di rumah biasanya persembahyangan dilakukan
di depan buku-buku, lontar atau sumber pustaka yang ditumpuk sedemikian rupa
menyerupai gunung atau bangunan candi. Sumber-sumber pustaka yang ditulis
dengan aksara ini kemudian dibuatkan banten, diupacarai. Yang menarik dan beda
dengan hari-hari suci Hindu lainnya, banten yang dipersembahkan saat Saraswati
adalah banten khusus yang disamakan banten Saraswati sama dengan nama
hari sucinya.
Dalam
ajaran Tri Murti menurut agama Hindu, Sang Hyang Aji Saraswati adalah
saktinya/kekuatan Sang Hyang Brahma. Beliau diwujudkan sebagai wanita cantik
bertangan empat lengkap dengan berbagai atributnya antara lain: dua buah
tangannya di depan masing-masing memegang wina dan kuncup teratai, dua buah
tangannya di belakang memegang genitri dan cakepan. Disamping itu terdapat pula
burung merak dan angsa. Dari kesemua atribut tersebut mempunyai makna yaitu :
- Genitri adalah lambang bahwa ilmu pengetahuan itu tidak pernah berakhir sepanjang hidup dan tak akan pernah habis dipelajari .
- Lontar/cakepan adalah lambang sumber ilmu pengetahuan.
- Wina/alat musik adalah mencerminkan bahwa ilmu pengetahuan dapat mempengaruhi rasa estetika/keindahan dari manusia.
- Teratai sebagai stana / linggih Hyang Widhi.
- Burung merak melambangkan bahwa ilmu pengetahuan itu agung dan berwibawa.
- Angsa adalah simbul dari kebijaksanaan untuk membedakan antara yang baik dengan yang buruk.
- Dan juga angsa merupakan lambang kekuasaan di ketiga dunia (tri loka) karena ia bergerak di tiga unsur alam yaitu di air, darat maupun di udara.
Sehari setelah hari raya saraswati
yaitu pada hari Minggu Paing wuku Sinta disebut Banyu Pinaruh. Pada hari ini
barulah upacara Saraswati berakhir dengan tata cara sebagai berikut:
- Asuci laksana yaitu pada pagi hari umat melaksanakan pensucian diri yaitu mandi dan keramas dengan air kumkuman (air yang berisi bunga-bunga yang wangi)
- Setelah selesai asuci laksana, kemudian menghaturkan nasi pradnyan, jamu sadrasa dan air kumkuman sebagai pasucian. Dilanjutkan dengan nunas air kumkuman lalu sembahyang dan matirta. Terakhir nunas labaan Saraswati yaitu nasi pradnyan dan loloh. Setelah itu barulah upacara di lebar/selesai
Om syam Siwam dewam mrtistam swaha,
Om nirwigna nama swaha, suka Sidyam nama swaha.
Om Kara krti prataman, akasa widyah saranam, suka aksara winastam, prasama pada winatam.
Om sri sri sri Sarasati purneng purnaning prani ya nama swaha.
0 komentar:
Post a Comment